Jumat, 07 April 2017

Menulis Teks



MANSAI (MENANGGUK IKAN)
Oleh : Kusnadi, S. Pd
SMA Negeri 1 Pengkadan Kabupaten Kapuas Hulu

1.      Defenisi
Mansai1) merupakan satu diantara beberapa istilah yang digunakan masyarakat melayu kecamatan Pengkadan untuk kegiatan menangkap ikan. Istilah mansai juga dikenal oleh masyarakat selain melayu, yaitu suku Iban. Mansai yang memiliki padanan katanya dengan menangguk berarti menangkap ikan dengan tangguk. Sebagian masyarakat pengkadan menyebut tangguk dengan “kelayak”.
2.      Bentuk
Tangguk adalah sejenis keranjang yang umumnya terbuat dari durik2) atau jaring yang diberi bingkai. Daya tahannya pun bervariasi sesuai jenis durik yang digunakan. Pengerajin anyaman durik biasanya memahami betul jenis durik yang kuat atau kokoh. Namun demikian, perawatan terhadap anyaman juga sangat menentukan.
Bentuk tangguk yang biasa digunakan pun beragam. Ada yang bundar, persegi, dan ada yang memanjang. Khusus bagi masyarakat melayu Pengkadan, bentuk tangguk yang lazim digunakan berbentuk panjang, pelimpin3), dan cekung. Bentuk yang memanjang bertujuan supaya area sungai bisa dihambat. Sementara itu, bentuknya yang pelimpin dan cekung memudahkan pemansai untuk merapatkan bagian depan mulut pansai.
Ukuran panjang tangguk biasanga 0,5—1 meter. Bentuknya yang lonjong membentuk diameter mulut tangguk berkisar antara 20—30 cm. Kedalaman cekungannya pun bervariasi, biasanya 10—15 cm. Walau demikian, ukuran dan bentuk tergantung keinginan pembuat dan selera pemesan.
3.      Bahan dan Proses pembuatan
Pansai4) (tangguk) dibuat dari bahan dasar durik. Durik yang sudah dikupas kulitnya dibilah menjadi bilahan yang kecil. Ukuran bilah sesuai dengan keinginan atau kehendak pembuatnya. Bilah tersebut diraut menjadi halus agar mudah dianyam. Tangguk dihasilkan dari proses penganyaman bilah durik oleh tukang anyam.
Tangguk yang sudah dianyam biasanya diberi bingkai. Bingkai dijadikan sebagai pembentuk mulut tangguk. Dengan bingkai, tangguk menjadi mudah dibentuk dan tahan lama. Agar mudah dibentuk dan tahan lama, bahan untuk bingkainya harus dari akar atau rotan pilihan.

4.      Cara atau Teknik
Mansai dilakukan dengan membuat gaduh di area sungai yang hendak dipansai5). Sungai tempat memansai6) biasanya berupa anak sungai dengan diameter lebarnya 0,5 m—1 m. Begitupun kedalamannya, biasanya tidak mencapai 1 meter. Kedalaman dan lebar sungai sangat mempengaruhi kegiatan memansai. Karena itu, setiap orang yang memansai selalu mempertimbangkan waktu dan tempat untuk memansai.
Kegaduhan dibuat dengan mengibas-ngibaskan kaki di dalam air. Gerakan kibasan kaki dilakukan dengan mengarahkan gelombang air menuju ke tangguk yang sudah dipegang atau terpasang. Biasanya, ikan akan berlarian ke arah tangguk. Ikan yang masuk ke dalam tangguk akan terperangkap di dalamnya beberapa saat. Untuk memastikan ikan yang sudah masuk tidak terlepas, tangguk harus diangkat sesegera mungkin.     
5.      Waktu dan Tempat
Kebanyakan sungai yang dapat dipansai jauh dari pemukiman. Biasanya anak sungai di hulu sungai. Selain kriteria sungai yang kecil dan dangkal, intensitas kegiatan menangkap ikan juga kurang. Hampir dapat dipastikan ikan yang hendak ditangkap lebih banyak. Dengan kondisi sungai yang kecil dan dangkal, ikan dapat dengan mudah ditangkap.
Mansai biasanya dilakukan pada waktu siang hari. Jarak yang jauh dari pemukiman lebih mudah ditempuh. Lebih hemat, karena tidak memerlukan senter sebagai penerangan. Ikan biasanya bersembunyi di rungkap7). Rubu’8) juga bagian yang paling disenangi ikan sebagai sarang sekaligus tempat bersembunyi.
6.      Pertimbangan  
Pemansai pada umumnya memahami karakter sungai yang di dalamnya banyak ikan. Diantaranya, seberapa sering aktivitas menangkap ikan dilakukan. Hasil tangkapan yang mereka dapatkan setiap  kali mereka memansai. Ada atau tidaknya aktivitas nuba9) di sungai tersebut.
Musim kemarau merupakan waktu yang ideal untuk memansai. Banyak sungai yang dapat dipansai karena sungai menjadi dangkal. Ikan biasanya berkumpul pada bagian-bagian sungai yang masih ada airnya berupa klawan10). Pemansai tidak harus terlalu jauh bepergian mencari sungai untuk dipansai. Dengan demikian, pemansai lebih mudah untuk ‘nosak11) ikan masuk kelayak pemansai.

7.      Nilai-nilai Kearifan
Mengambil ikan dengan cara memansai merupakan cara yang tradisional. Dikatakan tradisional karena alat yang digunakannya dari olahan bahan-bahan alam. Pansai dibuat tanpa menggunakan teknologi, melainkan melalui tangan-tangan terampil penganyam. Cara yang digunakan tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran.
Membuat alat pansai memerlukan keahlian. Hanya tangan-tangan terampil yang dapat membuatnya. Pansai termasuk seni kerajinan tangan. Karena itu, membuat alat pansai harus tetap dipertahankan agar seni kerajinan ini tidak punah.
Memamansai termasuk upaya melestarikan ikan dari kepunahan. Tidak semua ikan dapat ditangkap oleh pemansai. Ikan yang tidak tertangkap tentunya tetap lestari dan berkembang (beranak-pinak). Berbeda dengan cara modern yang menghabiskan semua ikan, merusak habitat dan ekosistem.
Ikan yang biasa tertangkap saat memansai juga beragam. Hampir semua jenis ikan sungai sangat mungkin didapat oleh pemansai. Sebagian besar ikan yang didapat adalah ikan lele karena ikan ini merupakan penghuni sungai-sungai kecil. Ada juga ikan seluang, bantak, kerakap, dan lain-lain.
Alam dan seluruh isinya merupakan anugerah dari Tuhan. Sebagai manusia, kita harus menjaga dari kerusakan dan kepunahan. Isinya harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kesejahteraan hidup kita. Anugerah ini kita pelihara supaya dapat diwariskan kepada anak-cucu dimasa yang akan datang. Contoh konkretnya adalah mengambil ikan dengan cara yang bijaksana tanpa harus merusak kelangsungan hidup ekosistemnya.
8.      Kesimpulan dan Saran
Mansai merupakan tradisi yang pernah berkembang pada masyarakat melayu kecamatan Pengkadan. Sebagian masyarakat masih mengenal tradisi ini, meskipun sudah dianggap tidak populer. Masyarakat kecamatan Pengkadan hanya melakukan kegiatan memansai di sungai-sungai.
Tradisi mansai harus tetap dipertahankan. Mansai merupakan bentuk kearifan lokal yang dikembangkan oleh nenek moyang dalam upaya menjaga keseimbangan alam. Jadikan generasi kita tidak hanya mendengarkan cerita, tetapi menjadi saksi dari anugerah yang diberikan Tuhan berupa kekayaan alam yang melimpah.



9.      Penjelasan Istilah
1)      Mansai, menangkap ikan dengan tangguk. Mansai memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia Menangguk.
2)      Durik, jenis tumbuhan akar yang kulitnya berduri. Durik termasuk golongan rotan.
3)      Pelimpin, bentuk yang lonjong atau pipih dengan cekungan yang agak dalam.
4)      Pansai, alat yang digunakan untuk menangkap ikan terbuat dari anyaman rotan.
5)      Dipansai, mengacu pada tempat, area, wilayah. Lihat aturan penggunaan awalan di-.
6)      Memansai, menggunakan alat pansai (kelayak)  untuk menangkap ikan.
7)      Rungkap, bagian tebing sungai yang membentuk ruang atau curuk, biasanya agak dangkal.
8)      Rubu’, kumpulan daun-daun yang mulai membusuk dalam air yang tenang.
9)      Nuba, mengambil ikan dengan meracuni dengan racun akar tuba.
10)  Klawan, bagian sungai yang sudah terputus karena kemarau dan membentuk genangan air.
11)  Nyosa’, memburu ikan di air dengan mengibas-ngibaskan air dengan kaki atau tangan supaya menimbulkan bunyi dan gelombang. 

Contoh : gambar alat pemansai                                   gambar kegiatan memansai
Description: C:\Users\acer\Downloads\Pansai 2.jpgDescription: C:\Users\acer\Downloads\Pansai 1.jpg